MERAJANG KOMA | Collective Exhibition By : Tersajakkanlah

 

MERAJANG KOMA

 

Seni yangh dimiliki komunitas melalui karya-karya yang mempunyai genre komunitas belum banyak ditampilkan. Padahal genre seni yang berbasis komunitas sangat menarik. Selain ada orsinilitas pemikiran juga ada ersinalitas karya yang dihasilkan dari proses pergulatan dalam kehidupan berkomunitas.

Bagaimana gesekan psikologis, sejarah komunitas dan proses penciptaan yang mempunyai ciri khas komunitas dapat dikenali. Melalu pameran Tersajakkanlah, proses kreatif seniman yang menjadi tumpuan, penciptaan karya yang menekankan proses pencapaian jati diri menjadi energi terbesar pameran ini.

Merajang Koma, adalah proses pembentukan kerja, layaknya, proses memasak. Hingga menghadirkan makanan siap makan. Merajang Koma adalah proses menentukan pembentukan kualifikasi dalam hasrat. Apa kehendak kita dengan proses? Mungkin itulah yang menjadikan pameran dengan judul Merajang Koma ini merupakan tanda bagi kebersamaan komunitas Tersajakkanlah menjadikan proses bersama ini sebagai kerja kebersamaan.

Koma menjadi penting, mengapa? Proses panjang memasak, seperti proses membuat puisi. 'Memasak', kata untuk dimengerti maknanya, setelah dihayati, menjadi tumpuan. Layaknya gambar atau lukisan sebelum bentuk sempurna mengisi ruang-ruang kosong. 'Merajang' warna dan garis menjadi titik terpenting.

itulah pengertian 'koma', dalam konteks pameran ini. Sedangkan Merajang Koma, adalah tanda bagaimana proses ini belum selesai. Predikat merajang, sebagai kata aktif, yang memuat pemikiran bahwa proses itu tidak berhenti, yakni : merajang.

Pameran yang diikuti oleh puluhan peserta dari berbagai daerah di Indonesia ini merupakan kegiatan bersama antar anggota. Komunitas yang dikerjakan selama 3 bulan terakhir. Selain pelukis, komunitas Tersajakkanlah menghadirkan pertunjukan sastra. Diskusi dan lokakarya yang akan dilaksanakan selama pameran berlangsung.

"Memasak setelah merajang adalah proses berikutnya, tanpa merajang bahan untuk memasak, sayuran utuh, sulit memamahnya, tetapi dengan merajang, maka sempurna ukuran sayur. Sedikit demi sedikit sayur masuk ke mulut dapat dimamah. Proses yang dapat diperhatikan bagaimana memamah merupakan hasil dari kesempurnaan merajang. Begitulah dasar pameran ini ditampilkan pada publik"

Pungkas Frigidanto Agung,

Kurator Pameran.