Gulai

Rp 2.300.000
SKU: ART-DNL-0001408160

Tentang Karya :
Ukuran : Diameter 40 cm
Media : Acrylic (Paint and Marker) Mix Graphite Pencil

Kecintaan saya sebagai seniman terhadap masakan khas Minang, Sumatera Barat ini tertuang dalam bentuk visual berupa seri lukisan “OH NASI PADANG” di media kayu daur ulang berdiameter 40 cm. Pemilihan bentuk kayu ini diilhami dari sistem tumpang tindih atap rumah Gadang khas Sumatera Barat. Beberapa elemen ditambahkan untuk menjaga akar saya sebagai seniman yang tumbuh secara otodidak dan berkarya secara konsisten -bahkan berhasil hidup dari karya-karya saya- selama hampir lebih dari 20 tahun.

Dalam berkarya, warna merah-kuning-hitam merupakan identitas karakter saya sejak 6 tahun terakhir. Ini berawal dari job di mana saya diminta melakukan propaganda restoran cepat saji yang menggunakan ikon badut dan warnanya identik dengan warna-warna tersebut. Dengan demikian, ketika dalam bentuk apapun saya menuangkan karya saya di jalanan dengan warna-warna tersebut, setiap penikmat bisa langsung menyadari bahwa karya itu adalah karya saya.

Karya-karya untuk pameran 2Madison ini saya buat di Berlin (Deutschland) dan secara khusus dibuat sebagai seri terbatas (limited series). Keempatnya diberi judul sesuai nama hidangan khas Minang yang populer (Randang, Gulai, Karupuak Jangek, dan Lado Mudo), yang menunjukkan kerinduan saya akan makanan khas Minang ini di perantauan.

Dalam pembuatan keempat karya ini, saya membutuhkan waktu kurang lebih 24 jam. Adapun bahan yang saya gunakan adalah cat berbahan akrilik, dengan goresan pensil grafit sebagai finishing kasarnya, sebelum diakhiri dengan semprotan cat pelindung karya. Bagi saya, karya-karya ini memiliki nilai emosional yang sangat tinggi. Perjuangan yang saya tempuh untuk mewujudkannya cukup berat. Proses persiapannya memakan waktu dua minggu, di mana pada awalnya saya sempat mencoba beberapa konsep yang berbeda, sampai akhirnya saya terbentur dari segi waktu dan pengiriman, sehingga terpaksa melakukan beberapa kali perubahan konsep. Selain itu, pengerjaannya dilakukan pada musim dingin secara non-stop di ruang bawah tanah yang suhunya hanya mencapai 11 derajat Celcius. Terakhir, sehari setelah karya ini selesai, ibu saya tercinta -orang yang masakannya selalu saya rindukan- meninggal dunia.

Besar harapan saya, semoga siapa pun penikmat atau siapa pun orang yang mengadopsi karya-karya saya ini bisa sedikitnya memahami apa makna yang ada di baliknya.

Tentang Seniman :

Daniel Parasaudi also known Emeteur is a self- taught artist from Sukabumi, INA. Emet began to pursue art as a child drawing everything from cartoons, comics, action figures, and athletes. His inner thoughts and experiences are captured through layers of bright bold colors and patterns coupled with images from his childhood which are utilized to express himself. Emet considers his art a mix of pop and street art. He draws influence from his surroundings and tries to incorporate the ever changing world of pop culture into his artwork. His intention as an artist is to continue to grow and use his art as his ticket to see the world. His artistic development continues to grow with each concept placed on the wall and canvas.

Exhibition :

2017

  • Tropica Festival, Bali
  • Bangsal Menggawe, Lombok

2018

  • Datang Bulan Vol. 6, Sukabumi

2020

  • TwentyTwenty Exhibition, Makassar
  • Solo Exhibition of Emeteur, Lombok

2021

  • Meeting of Style, Denmark

2022

  • Meeting of Style, Indonesia
  • Island Attack 2, Lombok
  • Bangsal Menggawe, Lombok
  • Rona Kota Live Painting, Sukabumi
  • Tenggara Festival, Padang

 

 

 

Customer Reviews

Be the first to write a review
0%
(0)
0%
(0)
0%
(0)
0%
(0)
0%
(0)