Semmanjala Minggu Pagi

SKU: ART-EJO-0281357041

We have run out of stock for this item.

Tentang Seniman :

Edrike Joosencia yang akrab dipanggil Keke, adalah seorang seniman kelahiran Bandung tahun 1991 yang telah menekuni dunia seni dan kreatif sejak kecil. Kebiasaannya dalam mengamati interaksi sosial di lingkungan sekitar, mempengaruhi proses berkarya yang melibatkan sisi emosional pada setiap karyanya hingga saat ini.

Pada awalnya Keke memilih charcoal sebagai medium utama, melalui charcoal ia dapat merasakan keintiman dengan karya karena tangan menjadi medium penghantarnya. Selain ciri khas yang terdapat pada penggunaan charcoal, ciri khas Keke juga terdapat pada penggunaan kanvas berukuran besar sebagai medianya.

Dalam karya bertajuk Semmanjala (2018), Keke kemudian melepaskan ciri khas charcoal-nya menjadi kunyit, kopi, bunga lawang, dan urang-aring sebagai medium penggantinya. Penggunaan bahan-bahan alami tersebut merepresentasikan pemikiran, jiwa, dan tubuh Keke sebagai seorang seniman.

Melalui karyanya, Keke mencoba untuk menyampaikan pengalaman-pengalaman batinnya kepada khalayak umum. Bentuk dan warna yang dikuatkan oleh Keke dengan tekstur nyata, diharapkan mampu mentansfer alam dengan segala aspeknya dan perasaan yang dimodifikasi dengan baik

Tentang Karya :

Judul :

Semmanjala Minggu Pagi

Ukuran :

150 cm x 200 cm

Material :

Kunyit, Kopi di Kanvas

Deskripsi :

kunyit, bunga lawang, urang aring, teh, kopi. "Ada aku, kamu, dia, mereka, kita, kami, kalian semua di sini" Manusia merepresentasikan ragam pengalaman, gagasan, dan narasi. Setiap individu adalah entitas yang kompleks. Kumpulan pengalaman, gagasan, dan narasi dari setiap orang yang kita temui sehari-hari sudah semestinya menjadi sumber inspirasi. Bagi saya, karya seni adalah cerminan kehidupan masyarakat tempat karya tersebut diciptakan. Pola perilaku dan interaksi dalam sebuah masyarakat secara tidak langsung dapat membentuk karakteristik seorang seniman yang kemudian memproduksi karya seni yang khas. Ada seniman yang tertarik menggambarkan realitas lingkungan dan masyarakat secara langsung dan tegas, ada pula yang menggambarkan realitas tersebut dengan simbol dan abstraksi. Sebagai seorang seniman, saya merasa berada dalam transisi di antara keduanya. Semmanjala menjadi sebuah penanda perjalanan berkarya saya. Elemen-elemen realisme selalu dekat dengan karya-karya saya terdahulu. Dalam Semmanjala, saya membongkar imaji-imaji hasil observasi langsung dengan bentuk-bentuk abstraksi yang tidak kehilangan aspek representasionalnya, tetapi justru menekankan impresi dan imajinasi. Semmanjala mewakili ragam pengalaman individu. Semmanjala tidak hanya menghadirkan transisi visual dalam kekaryaan saya, tetapi juga eksplorasi olah material yang berbeda. Penggunaan kunyit, bunga lawang, dan urang aring merepresentasikan pemikiran, jiwa, dan tubuh saya sebagai seorang seniman. Dipertemukan dengan banyak orang dalam kehidupan sehari-hari membuat saya tertarik untuk menampilkan sosok-sosok individu tersebut di atas kanvas. Semmanjala menjadi medium bagi saya untuk berinteraksi (secara tidak langsung) dengan orang-orang yang saya temui dalam kehidupan sehari-hari. Semmanjala adalah pikiran, jiwa, dan tubuh saya ketika berkarya hari ini.

Customer Reviews

No reviews yet
0%
(0)
0%
(0)
0%
(0)
0%
(0)
0%
(0)